Jelang genap 2 tahun Indonesia terjangkit virus Covid-19, sejak kasus awal yang ditemukan di Depok, Jawa Barat pada tanggal 2 Maret 2020. Hingga kini persoalan kasus Covid-19 belum tuntas. Sempat mengalami trend turun dengan berbagai upaya yang dilakukan pemerintah melalui program PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar), PPKM (Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) dan vaksinasi yang bergerak secara masif serta didukung oleh kesadaran masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan juga semakin meningkat, namun trend kenaikan angka Covid-19 juga beberapa kali terjadi yang pada puncaknya ketika pertengahan 2020 dengan menyebarnya varian Delta, dan terus Covid-19 mengembangkan diri ke dalam berbagai varian.
Omicron merupakan varian Covid-19 yang saat ini bergerak secara masif, meskipun dampaknya tidak seberat Delta, namun tetap memberikan gejala dan perlu penanganan tepat dan akan berdampak lebih berat bagi mereka yang belum menerima vaksin. Hal ini senada dengan WHO yang dikutip dalam health.kompas.com (16/12/2021), bahwa: “varian Omicron lebih menular dibandingkan varian lain, termasuk Delta. Di beberapa kasus, Covid-19 varian omicron menyebabkan gejala yang tidak terlalu parah. Terutama pada penderita yang sudah divaksinasi, usia muda, dan tanpa komorbid atau penyakit penyerta.” Dalam pengertian lain untuk kategori lansia, mempunyai komorbid dan mereka yang belum divaksin menjadi kehati-hatian untuk menjaga diri dari terpapar Omicron.
Sebuah analisa yang dilansir oleh situs Antaranews.com pada 20/12/2021 yang digambarkan dalam sebuah tabel perbedaan antara varian Omicron dan Delta, bahwa Omicron 70 kali lebih cepat penularannya dibanding dengan Delta, dan kasus Omicron pertama kali ditemukan di Afrika Selatan (26/11/2021) yang berbeda dengan varian delta, pertama kali ditemukan kasusnya di India (11/05/2021). Sejauh ini belum ada kesimpulan yang valid terhadap bahaya persis dari Omicron sendiri, karena masih dalam proses penelitian lebih lanjut. Jika dilihat dari gejala Omicron akan nampak dengan adanya sakit kepala, sakit tenggorokan, kelelahan, pilek dan bersin. Gejala lainnya dalam beberapa kasus adanya demam dan batuk. Dan perbedaan yang cukup signifikan pada Omicron adalah tidak ada atau rendahnya gejala anosmia dan keparahan sakit dalam saluran pernapasan, dibanding pada varian Delta yang sangat terasa dan menjadi faktor yang sangat berpengaruh pada kematian.
Covid-19 terus mengalami perubahan wujud ke dalam varian-varian yang baru, dan belum diprediksi secara valid akhir dari Pandemi ini. Meskipun di beberapa negara bagian di Amerika dan Eropa sudah menyatakan sikap “copot masker” dan menganggap bahwa Covid-19 sebagaimana flu biasa, namun semestinya kita tidak grasa-grusu dalam meniru aksi copot masker, karena Indonesia belum dipastikan untuk siap “berdamai” dengan Covid-19. Kita masih perlu menjaga diri, keluarga dan lingkungan, menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, serta tidak mangkir dari protokol kesehatan, sehingga kita tidak harus terpapar terlebih dahulu untuk sadar akan bahayanya virus ini. (IF)